The Five List
Monday, September 28, 2015
beberapa hari yang lalu saya dan beberapa kawan sedang bercakap santai di kantin kampus. dari mulai membicarakan (atau mungkin lebih tepatnya: mengkritik) beberapa dosen, wanita-wanita lucu nan trendy anak Hubungan Internasional dan lainnya. Tiba-tiba salah seorang kawan saya itu berbicara tentang film-film favoritnya. Dan obrolan tentang film itu berlanjut kepada sutradara-sutradara favorit masing-masing. ada kawan saya yang mengidolakan Andrei Tarkovsky, Orson Welles, sampai Tim Burton. ada juga yang mengidolakan Ingmar Bergman, Hayao Miyazaki dan Quentin Tarantino (hmm. perpaduan yang aneh). dan saya? banyak sebenarnya sutradara favorit saya. tapi kali ini, saya akan menuliskan 5 sutradara favorit saya.
1. Stanley Kubrick
Well, Stanley Kubrick itu sepertinya akan tetap menjadi sutradara favorit saya. dalam kebanyakan film-filmnya, Kubrick secara hati-hati berusaha untuk tidak memperlihatkan pandangannya tentang pesan/arti dari filmnya dan membiarkan penonton untuk mencari tahu sendiri apa makna dari film-film yang dia buat. sebagai contoh, 2001: A Space Odyssey. Kubrick tidak memberitahu kita apa makna dari fim tersebut. tentang evolusi kah? tentang eksistensialisme kah? atau tentang kehidupan mahkluk extraterrestrial kah? Kubrick hanya memberikan clue satu persatu dan membiarkan kita untuk menebak-nebaknya sendiri. dan bagi saya, 2001: A Space Odyssey itu merupakan film tentang pencarian tuhan yang tersimbolisasi dari plot-plotnya.
selain 2001: A Space Odyssey, jangan lupakan A Clockwork Orange, The Shining(yang masih jadi salah satu film thriller terbaik), Full Metal Jacket, dll.
Well, Stanley Kubrick itu sepertinya akan tetap menjadi sutradara favorit saya. dalam kebanyakan film-filmnya, Kubrick secara hati-hati berusaha untuk tidak memperlihatkan pandangannya tentang pesan/arti dari filmnya dan membiarkan penonton untuk mencari tahu sendiri apa makna dari film-film yang dia buat. sebagai contoh, 2001: A Space Odyssey. Kubrick tidak memberitahu kita apa makna dari fim tersebut. tentang evolusi kah? tentang eksistensialisme kah? atau tentang kehidupan mahkluk extraterrestrial kah? Kubrick hanya memberikan clue satu persatu dan membiarkan kita untuk menebak-nebaknya sendiri. dan bagi saya, 2001: A Space Odyssey itu merupakan film tentang pencarian tuhan yang tersimbolisasi dari plot-plotnya.
selain 2001: A Space Odyssey, jangan lupakan A Clockwork Orange, The Shining(yang masih jadi salah satu film thriller terbaik), Full Metal Jacket, dll.
2. Jean Luc-Godard
Jean Luc-Godard? dia itu seperti nabi di industri film. sebagai pionir dari film-film french new wave, Godard adalah salah satu orang paling brengsek yang bertanggung jawab atas film-film luar biasa seperti À bout de souffle (film Godard yang paling saya suka), Alphaville, Vivre sa vie, Masculin, féminin, Pierrot le fou, dan masih banyak lainnya.
salah satu yang saya suka dari Godard adalah kritik-kritik politiknya yang secara halus dia masukkan dalam beberapa filmnya. seperti dalam Pierrot le fou, dia memberikan kritik Marxisme terhadap komodifikasi, konsumerisme dan juga dia berbicara feminisme disini. Godard seakan-akan meromantisir retorisme marxist dalam beberapa filmnya. dan ini yang menjadikan Godard itu seorang jenius. dibalik teknik pembuatan filmnya yang groundbreaking, pesan-pesan didalamnya juga adalah salah satu yang harus diperhatikan.
Jean Luc-Godard? dia itu seperti nabi di industri film. sebagai pionir dari film-film french new wave, Godard adalah salah satu orang paling brengsek yang bertanggung jawab atas film-film luar biasa seperti À bout de souffle (film Godard yang paling saya suka), Alphaville, Vivre sa vie, Masculin, féminin, Pierrot le fou, dan masih banyak lainnya.
salah satu yang saya suka dari Godard adalah kritik-kritik politiknya yang secara halus dia masukkan dalam beberapa filmnya. seperti dalam Pierrot le fou, dia memberikan kritik Marxisme terhadap komodifikasi, konsumerisme dan juga dia berbicara feminisme disini. Godard seakan-akan meromantisir retorisme marxist dalam beberapa filmnya. dan ini yang menjadikan Godard itu seorang jenius. dibalik teknik pembuatan filmnya yang groundbreaking, pesan-pesan didalamnya juga adalah salah satu yang harus diperhatikan.
3. Wes Anderson
can you say no to Wes Anderson? well, i mean with all of his aesthetics and all. Wes Anderson itu sudah menjadi sebuah kultus tersendiri bagi banyak orang. termasuk saya. Wes Anderson itu seperti Pablo Picasso atau Mozzart di dunia film. saya sering bingung jika ditanya film Wes Anderson mana yang paling bagus. karena saya tidak bisa memilih. bayangkan saja, bagaimana jika kalian disuruh memilih antara Raisa, Feby Febiola atau Tatjana Saphira untuk menjadi kekasih kalian? pasti kalian akan sulit untuk memilih. tapi dari semuanya, saya mungkin akan memilih The Royal Tenenbaums dan The Aquatic Life with Steve Zissou karena dua film itu yang paling sering saya tonton berulang-ulang.
yang saya suka dari Wes Anderson adalah teknik pembuatan film-nya yang sedikit ‘menyimpang’. dari mulai komposisi film yang selalu simetris, palet warna yang terbatas–namun menjadi khas dari film-filmnya, jalan ceritanya yang beralur komedi tapi dikemas secara serius dan penuh melankolia, hingga karakter-karakternya yang tidak biasa.
can you say no to Wes Anderson? well, i mean with all of his aesthetics and all. Wes Anderson itu sudah menjadi sebuah kultus tersendiri bagi banyak orang. termasuk saya. Wes Anderson itu seperti Pablo Picasso atau Mozzart di dunia film. saya sering bingung jika ditanya film Wes Anderson mana yang paling bagus. karena saya tidak bisa memilih. bayangkan saja, bagaimana jika kalian disuruh memilih antara Raisa, Feby Febiola atau Tatjana Saphira untuk menjadi kekasih kalian? pasti kalian akan sulit untuk memilih. tapi dari semuanya, saya mungkin akan memilih The Royal Tenenbaums dan The Aquatic Life with Steve Zissou karena dua film itu yang paling sering saya tonton berulang-ulang.
yang saya suka dari Wes Anderson adalah teknik pembuatan film-nya yang sedikit ‘menyimpang’. dari mulai komposisi film yang selalu simetris, palet warna yang terbatas–namun menjadi khas dari film-filmnya, jalan ceritanya yang beralur komedi tapi dikemas secara serius dan penuh melankolia, hingga karakter-karakternya yang tidak biasa.
4. Richard Linklater
menonton beberapa film-film Richard Linklater itu seperti membaca Sartre atau Camus dalam bentuk visual. setidaknya itu yang saya rasakan saat menonton Slacker dan Waking Life. dua film itu memang film favorit saya dari Richard Linklater. tapi bukan berarti saya tidak menyukai film-film lainnya. saya tetap menyukai seri Before…, Dazed and Confused, School of Rock hingga yang terbaru: Boyhood. tapi Slacker dan Waking Life itu adalah dua filmnya yang paling saya sukai. film-film Richard Linklater itu sangat penuh dengan percakapan-percakapan, karakter-karakter yang menarik dan juga jalan cerita yang brilian.
jangan lupakan teknik rotoscope di film Waking Life dan A Scanner Darkly yang brengsek sekali bagusnya.
menonton beberapa film-film Richard Linklater itu seperti membaca Sartre atau Camus dalam bentuk visual. setidaknya itu yang saya rasakan saat menonton Slacker dan Waking Life. dua film itu memang film favorit saya dari Richard Linklater. tapi bukan berarti saya tidak menyukai film-film lainnya. saya tetap menyukai seri Before…, Dazed and Confused, School of Rock hingga yang terbaru: Boyhood. tapi Slacker dan Waking Life itu adalah dua filmnya yang paling saya sukai. film-film Richard Linklater itu sangat penuh dengan percakapan-percakapan, karakter-karakter yang menarik dan juga jalan cerita yang brilian.
jangan lupakan teknik rotoscope di film Waking Life dan A Scanner Darkly yang brengsek sekali bagusnya.
5. Wong Kar-Wai
saya tidak banyak menonton film-film Hongkong, apalagi mengetahui sutradaranya. tapi beberapa tahun lalu, secara tidak sengaja saya menonton salah satu film Hongkong yang saya copy dari seorang kawan, judulnya In The Mood for Love, dan saya langsung jatuh cinta pada film itu! dude… sosok misterius Tony Leung dengan rambut klimis nan dandy, dan tentu saja Maggie Cheung yang sedang cantik-cantiknya di film itu. sejak itu, saya langsung mengetahui nama Wong Kar-Wai dan langsung mencari-cari film-film buatannya yang lain. dari sana, saya langsung menonton hampir semua filmnya. dari Chungking Express, Fallen Angels, 2046, hingga My Blueberry Nightyang semuanya secara instan langsung menjadi favorit saya.
saya tidak banyak menonton film-film Hongkong, apalagi mengetahui sutradaranya. tapi beberapa tahun lalu, secara tidak sengaja saya menonton salah satu film Hongkong yang saya copy dari seorang kawan, judulnya In The Mood for Love, dan saya langsung jatuh cinta pada film itu! dude… sosok misterius Tony Leung dengan rambut klimis nan dandy, dan tentu saja Maggie Cheung yang sedang cantik-cantiknya di film itu. sejak itu, saya langsung mengetahui nama Wong Kar-Wai dan langsung mencari-cari film-film buatannya yang lain. dari sana, saya langsung menonton hampir semua filmnya. dari Chungking Express, Fallen Angels, 2046, hingga My Blueberry Nightyang semuanya secara instan langsung menjadi favorit saya.
—————-
post-scriptum:
dibawah adalah nama-nama lain yang juga favorit saya tapi tidak masuk top five karena film-film mereka yang saya tonton masih sedikit: Christopher Nolan, Hayao Miyazaki, Sofia Copolla, Spike Jonze, Akira Kurosawa, Frank Capra, Luis Bunuel, David Lynch, dll.
0 comments