dia pulang.
jam 11 malam lewat 12 menit.
kali ini dia pulang telat. biasanya jam 10 pun dia sudah pulang. biasanya dengan wajah ceria. tapi kali ini dia pulang dengan wajah sedikit kusut. dia menyimpan tasnya di lantai secara kasar. hmm, ada apa ini. sepertinya dia sedang tidak baik-baik saja. dia duduk di ujung ranjang sambil membuka sepatunya, tetap dengan wajah datar -namun kusut- yang menunjukan bahwa dia sedang tidak baik-baik saja. daritadi pun dia belum sekalipun berbicara kepadaku, atau bahkan sekedar menyapa.
kali ini dia pulang telat. biasanya jam 10 pun dia sudah pulang. biasanya dengan wajah ceria. tapi kali ini dia pulang dengan wajah sedikit kusut. dia menyimpan tasnya di lantai secara kasar. hmm, ada apa ini. sepertinya dia sedang tidak baik-baik saja. dia duduk di ujung ranjang sambil membuka sepatunya, tetap dengan wajah datar -namun kusut- yang menunjukan bahwa dia sedang tidak baik-baik saja. daritadi pun dia belum sekalipun berbicara kepadaku, atau bahkan sekedar menyapa.
jam 11 malam lewat 20 menit.
kali ini dia berjalan membuka kulkas, mengeluarkan sebotol air mineral dingin lantas meminumnya. kemudian dia membuka jaketnya dan meletakannya kedalam lemari sambil berjalan menuju kamar mandi. kudengar suara keran westafel. mungkin dia membasuh wajahnya. setelah keluar, dia kembali duduk di ujung ranjang.
kali ini dia berjalan membuka kulkas, mengeluarkan sebotol air mineral dingin lantas meminumnya. kemudian dia membuka jaketnya dan meletakannya kedalam lemari sambil berjalan menuju kamar mandi. kudengar suara keran westafel. mungkin dia membasuh wajahnya. setelah keluar, dia kembali duduk di ujung ranjang.
jam 11 malam lewat 27 menit.
dia masih belum berkata sepatah katapun kepadaku. padahal daritadi aku ada disini: diatas ranjang sedang tiduran seperti biasanya. dia masih duduk sambil menatap layar handphone-nya. entah apa yang dia lihat. mungkin sms, atau mungkin membuka-buka sosial medianya. tapi dia masih saja diam tak berbicara.
dia masih belum berkata sepatah katapun kepadaku. padahal daritadi aku ada disini: diatas ranjang sedang tiduran seperti biasanya. dia masih duduk sambil menatap layar handphone-nya. entah apa yang dia lihat. mungkin sms, atau mungkin membuka-buka sosial medianya. tapi dia masih saja diam tak berbicara.
jam 11 malam lewat 36 menit.
dia berdiri lalu membuka kausnya yang berwarna putih dan bergaris-garis berwarna hitam itu, menyisakan bra-nya yang berwarna hitam. hmm, ada apa ini? apakah dia sedang bermain-main denganku? kenapa dia seolah-olah tak menganggap keberadaanku disini? bukannya berbicara, dia malah kemudian membuka celananya. kali ini dia hanya menggunakan bra dan celana dalamnya. aku memperhatikan lekuk tubuhnya. tubuhnya yang sangat sempurna bagiku. harum tubuhnya mulai tercium. sebuah wangi yang bagiku sangat transendental.
dia berdiri lalu membuka kausnya yang berwarna putih dan bergaris-garis berwarna hitam itu, menyisakan bra-nya yang berwarna hitam. hmm, ada apa ini? apakah dia sedang bermain-main denganku? kenapa dia seolah-olah tak menganggap keberadaanku disini? bukannya berbicara, dia malah kemudian membuka celananya. kali ini dia hanya menggunakan bra dan celana dalamnya. aku memperhatikan lekuk tubuhnya. tubuhnya yang sangat sempurna bagiku. harum tubuhnya mulai tercium. sebuah wangi yang bagiku sangat transendental.
jam 11 malam lewat 40 menit.
sebuah lagu dia putar lewat speaker dipinggir ranjang. elliot smith – between the bars. aku sudah sangat familiar dengan lagu ini karena dia sering sekali memutarnya.
sebuah lagu dia putar lewat speaker dipinggir ranjang. elliot smith – between the bars. aku sudah sangat familiar dengan lagu ini karena dia sering sekali memutarnya.
jam 11 malam lewat 43 menit.
dia tidur disampingku. lalu menghadapkan wajahnya padaku dan lalu dia memelukku. hmm. sebenarnya ada apa ini? permainan apa yang sedang dia mainkan? dan kenapa dia tiba-tiba… menangis?
dia tidur disampingku. lalu menghadapkan wajahnya padaku dan lalu dia memelukku. hmm. sebenarnya ada apa ini? permainan apa yang sedang dia mainkan? dan kenapa dia tiba-tiba… menangis?
jam 11 malam lewat 45 menit.
dia masih menangis sambil elliot smith masih bernanyi between the bars lewat speaker. dia memutarnya dalam mode repeat. dan aku tak bisa apa-apa. aku tak bisa melakukan apa-apa untuk membuatnya berhenti menangis. yang bisa aku lakukan hanyalah membiarkannya menangis dalam pelukanku.
dia masih menangis sambil elliot smith masih bernanyi between the bars lewat speaker. dia memutarnya dalam mode repeat. dan aku tak bisa apa-apa. aku tak bisa melakukan apa-apa untuk membuatnya berhenti menangis. yang bisa aku lakukan hanyalah membiarkannya menangis dalam pelukanku.
jam 11 malam lewat 51 menit.
“love in action is a harsh and dreadful thing compared with love in dreams“. fyodor dostoyevsky pernah berkata begitu. aku tahu karena dia pernah membacakannya dihadapanku. dan aku setuju dengan dostoyevsky. karena cinta dalam kehidupan nyata itu kejam dan mengerikan jika dibandingkan dengan cinta dalam mimpi.
“love in action is a harsh and dreadful thing compared with love in dreams“. fyodor dostoyevsky pernah berkata begitu. aku tahu karena dia pernah membacakannya dihadapanku. dan aku setuju dengan dostoyevsky. karena cinta dalam kehidupan nyata itu kejam dan mengerikan jika dibandingkan dengan cinta dalam mimpi.
jam 11 malam lewat 55 menit.
cinta itu kejam dan mengerikan. aku mencintainya dan dia tak pernah sekalipun membalas cintaku selain dengan pelukan-pelukannya yang hangat. bukankah itu kejam?
cinta itu kejam dan mengerikan. aku mencintainya dan dia tak pernah sekalipun membalas cintaku selain dengan pelukan-pelukannya yang hangat. bukankah itu kejam?
jam 11 malam lewat 58 menit.
tapi ini memang salahku. ini salahku yang tak tahu diri. karena bagaimana mungkin seorang perempuan bisa mencintai sebuah guling.
tapi ini memang salahku. ini salahku yang tak tahu diri. karena bagaimana mungkin seorang perempuan bisa mencintai sebuah guling.
jam 12 malam tepat.
drink up with me nowand forget all aboutthe pressure of daysdo what i sayand i’ll make you okayand drive them awaythe images stuck in your head