Sheila on 7: Sebuah Kisah Klasik

Tuesday, June 03, 2014



Saat kemarin sedang membereskan koleksi kaset-kaset tape saya, saya langsung ingat pada kenangan-kenangan yang muncul dari tiap kotak kaset tersebut. Dan ada satu kaset yang memberikan kenangan paling banyak. Yaitu kaset Kisah Klasik Untuk Masa Depan-nya Sheila On 7. Itu adalah kaset pertama yang saya beli. Tidak secara langsung saya yang beli memang. Tapi ketika sedang datang ke sebuah toko kaset di depan Alun-Alun Kota Ciamis yang menyatu dengan toko elektronik itu (saya sempat tinggal satu tahun di Ciamis pada tahun 2000-2001), saya minta ayah saya untuk membelikan kaset Sheila On 7 itu. Entah apa motifnya. Yang jelas saya ingat, sepulang dari toko kaset itu saya mendengarkannya terus-terusan. Sampai-sampai saya dimarahi Ibu karena tetap menyetel kaset tersebut saat adzan maghrib berkumandang. Saat itu saya masih duduk di kelas dua SD. Tapi saya sudah akrab dengan lagu-lagu Sheila On 7. Track favorit saya waktu itu adalah Sephia.

“Selamat tidur kekasih gelapku…”

Saat itu saya yang masih ingusan (sekarang juga kadang masih kalau lagi flu), dengan polosnya menganggap bahwa kekasih gelap disana memang karena kekasihnya berkulit gelap. Saya masih belum mengerti apa itu cinta, jadi saya tidak begitu memperhatikan lirik-lirik lagu mereka. Yang saya sukai adalah music mereka yang menarik bagi saya. Saya yang sempat mendengar lagu Oasis dari ayah saya merasa begitu familiar dengan musik mereka. Dan saya suka sekali dengan intro lagu Bila Kau Tak Disampingku. Tong neng nong neng nong neng… Ya, semacam itu lah.

Dan Sheila on 7 pun sempat menjadi teman baik saya saat sedang sedih. Saya ingat ketika SMP, saya pernah secara intens mendengarkan lagu Seberapa Pantas ketika saya sedang suka pada satu perempuan, tapi masih merasa minder karena saat itu saya masih berupa bocah culun tidak keren. Selain minder, dia juga sudah punya pacar. Tapi saya tetap menunggu dia buat putus (ternyata dari SMP saya sudah nelangsa ya). Lagu itu menggambarkan apa yang saya rasakan. Atau, saya mendengarkan lagu Waktu Yang Tepat Untuk Berpisah secara terus menerus saat saya diputuskan oleh pacar pas saya SMP juga. Ah, Sheila on 7 memang dapat mengembalikkan kenangan-kenangan masa lalu saya.

Dari sejak kecil saya langsung menjadikan Sheila On 7 band favorit saya. Namun ironisnya, saya baru menonton konser live mereka belasan tahun kemudian, tepatnya di tahun 2012 saat mereka bermain di salah satu pensi yang diadakan sebuah SMA favorit di Bandung. Tiket terbilang cukup mahal, tapi demi Sheila On 7, tak apalah. Benak saya waktu itu, “Tai kucing sama duit, yang penting harus nonton Sheila On 7!”. Dan akhirnya saya pergi bareng 3 teman jomblo saya. Dan saya menyesal baru kali itu menonton Sheila On 7. Tapi setidaknya, dalam perjalanan hidup saya, saya sudah pernah menonton Sheila On 7 walaupun sekali. 

Sheila On 7, band favorit sepanjang masa yang baru saya tonton sekali. Sebuah tempat escape setiap saya sedikit bosan mendengarkan band-band yang sedang saya sukai sekarang. Pasti saja dalam satu minggu ada satu track mereka yang saya dengarkan. Dan Sheila on 7 adalah masa muda saya dan teman-teman saya (siapa yang tidak menyanyikan lagu Sebuah Kisah Klasik saat perpisahan sekolah?) dan mungkin bagi banyak orang dimanapun. Terimakasih untuk semua lagu-lagu kalian yang luar biasa jenius.

You Might Also Like

0 comments

Subscribe