Closed Lips

Tuesday, June 11, 2013

Will I let twenty find me so guardedLettered and documentedBy meticulous word choice and closed lipsTo read like all things bear this purpose or romanceThe truth is much more complicated than thatAnd I am still trying to learn howTime is a gift as much as it is a burden

Tiba-tiba saya kembali mendengarkan lagu-lagu dari Empire! Empire! (I Was a Lonely Estate). Sebuah band dengan lirik yang brilian menurut saya. Dan saya terhenti di sebuah lagu berjudul "The Loneliness Inside Me is a Place". Part yang paling saya suka adalah, “The truth is much more complicated than that/ And I am still trying to learn how/ Time is a gift as much as it is a burden.” Ya, sebuah kegelisahan yang disuarakan Keith Latinen berhasil membuat saya memutar lagu tersebut berulang kali.
“Time is a gift as much as it is a burden…”, waktu adalah sebuah hadiah yang juga sama dengan sebuah beban. Ha! Saya mengerti sekali kemana arah Keith menuliskan part ini. Mungkin saya pernah mengalaminya… atau sedang mengalaminya? Entahlah, yang pasti adalah saya mengerti sekali bagian itu.
Waktu adalah sebuah beban. Semakin lama kita tidak mengerti, maka semakin lama pula batin kita bertanya-tanya. Sebuah ketidakmengertian dan ketidaktahuan adalah sebuah beban, isn’t it? Dan waktu-waktu dimana kita masih tidak mengerti dan tidak mengetahui pun adalah sebuah beban. Kita masih bisa menikmati waktu sebagai hadiah itu, memang. Namun dibalik kenikmatan itu, ada satu beban ketidakmengertian kita. Pahit? Tidak juga. Ini hanya sebatas keterbatasan pikiran dan hati untuk mengetahui apa yang ingin kita ketahui.
Well, setidaknya kita masih bisa menikmati waktu sebagai hadiah, dan tidak membesarkan beban yang waktu tersebut berikan. Anggap saja ketidakmengertian kita itu adalah sebatas hal yang tertunda. Karena di lirik tersebut pun dituliskan, “And i’m still trying to learn how…” 

You Might Also Like

0 comments

Subscribe