“Kopi, Tuan?”
“Ya, Terimakasih.”
Pelayan itu lantas menuangkan kopi keatas gelasku.
Kutatap jendela dipinggirku yang berdebu
Kulihat gedung-gedung yang lesu
Jalanan macet, panas terik
Supir taksi yang mencari penumpang
Anjing-anjing yang kabur dari majikannya
Orang-orang berjalan kesana kemari
mencari hal-hal yang belum pasti
“Ya, Terimakasih.”
Pelayan itu lantas menuangkan kopi keatas gelasku.
Kutatap jendela dipinggirku yang berdebu
Kulihat gedung-gedung yang lesu
Jalanan macet, panas terik
Supir taksi yang mencari penumpang
Anjing-anjing yang kabur dari majikannya
Orang-orang berjalan kesana kemari
mencari hal-hal yang belum pasti
“lama kau menunggu disini?”
Seorang pria berambut gondrong
Dan berkumis tebal mengagetkanku
“o, Tuan John Lennon.
Silakan duduk, Tuan”
Ia duduk didepanku
Sambil membawa sebuah gitar
Fender Stratocaster buatan Majalengka
Seorang pria berambut gondrong
Dan berkumis tebal mengagetkanku
“o, Tuan John Lennon.
Silakan duduk, Tuan”
Ia duduk didepanku
Sambil membawa sebuah gitar
Fender Stratocaster buatan Majalengka
“Jadi bagaimana perihal bisnis Impor Kroto ini, Tuan?”
Tanyanya padaku sambil menyalakan rokok kretek
“Maaf, Tuan. Tapi saya tak bisa menjabarkannya sebelum Tuan Dylan datang.”
“Dylan? Bob Dylan? Aku pikir dia sedang berbisnis ubi.”
“Tidak lagi, Tuan. Bisnisnya bangkrut dua abad yang lalu.”
Kemudian Bob Dylan datang mengenakan jas hujan
“Aih, aih, Tuan-tuan, maafkan ketelatanku ini.”
“Tak apa-apa, Tuan Dylan,” kami berkata.
Tanyanya padaku sambil menyalakan rokok kretek
“Maaf, Tuan. Tapi saya tak bisa menjabarkannya sebelum Tuan Dylan datang.”
“Dylan? Bob Dylan? Aku pikir dia sedang berbisnis ubi.”
“Tidak lagi, Tuan. Bisnisnya bangkrut dua abad yang lalu.”
Kemudian Bob Dylan datang mengenakan jas hujan
“Aih, aih, Tuan-tuan, maafkan ketelatanku ini.”
“Tak apa-apa, Tuan Dylan,” kami berkata.
“Wine, Tuan?”
“Tidak. Arak saja.”
“Baik, Tuan”
“Tidak. Arak saja.”
“Baik, Tuan”
Kutatap Tuan John Lennon dan Bob Dylan
Mereka tampak masih segar dan muda
Lewat matanya kulihat masa silam
Lewat telinganya kulihat nada-nada berseliweran
Lewat mulutnya kudengar lirik-lirik puitis
Lewat aroma tubuhnya kucium getir dan nyeri
“baiklah, bagaimana kalau kita mulai saja?”
John Lennon memulai berbicara
Mereka tampak masih segar dan muda
Lewat matanya kulihat masa silam
Lewat telinganya kulihat nada-nada berseliweran
Lewat mulutnya kudengar lirik-lirik puitis
Lewat aroma tubuhnya kucium getir dan nyeri
“baiklah, bagaimana kalau kita mulai saja?”
John Lennon memulai berbicara
“bisnis ini, bukan sembarang bisnis, tuan tuan.
Aku dapatkan ide untuk berbisnis ini hasil wangsit
Saat ziarah ke sembilan makam wali songo.”
Tiba-tiba seorang pemuda mendatangi meja kami
“aih, Tuan Noel Gallagher, sedang apa tuan disini?”
Tanya Tuan Dylan dengan nada sedikit tinggi
“aku tak suka padanya,” bisik tuan Lennon padaku
“aku pun begitu, tuan,” balasku.
Aku dapatkan ide untuk berbisnis ini hasil wangsit
Saat ziarah ke sembilan makam wali songo.”
Tiba-tiba seorang pemuda mendatangi meja kami
“aih, Tuan Noel Gallagher, sedang apa tuan disini?”
Tanya Tuan Dylan dengan nada sedikit tinggi
“aku tak suka padanya,” bisik tuan Lennon padaku
“aku pun begitu, tuan,” balasku.
“tuan-tuan, aku dengar kalian akan membikin sebuah bisnis
Sudikah tuan-tuan untuk mengizinkan aku bergabung?”
Kami bertiga saling diam lalu saling berbisik
“dia tidak boleh bergabung.”
“sudah aku bilang, aku tidak suka padanya.”
“saya setuju dengan yang tuan-tuan katakan. Dia tidak boleh bergabung”
Noel tampak kebingungan dengan tingkah kami bertiga
“maaf, tu…”
Sudikah tuan-tuan untuk mengizinkan aku bergabung?”
Kami bertiga saling diam lalu saling berbisik
“dia tidak boleh bergabung.”
“sudah aku bilang, aku tidak suka padanya.”
“saya setuju dengan yang tuan-tuan katakan. Dia tidak boleh bergabung”
Noel tampak kebingungan dengan tingkah kami bertiga
“maaf, tu…”
Prang…!
Suara gelas yang pecah menyadarkanku dari lamunanku
Lalu kutatap lagi jendela dipinggirku yang berdebu
Kulihat gedung-gedung itu lesu
Jalanan masih macet, panas masih terik
Supir taksi masih mencari penumpang
Anjing-anjing masih berlarian kabur dari majikannya
Orang-orang masih berjalan kesana kemari
mencari hal-hal yang belum pasti
Lalu kutatap lagi jendela dipinggirku yang berdebu
Kulihat gedung-gedung itu lesu
Jalanan masih macet, panas masih terik
Supir taksi masih mencari penumpang
Anjing-anjing masih berlarian kabur dari majikannya
Orang-orang masih berjalan kesana kemari
mencari hal-hal yang belum pasti
dan aku:
masih duduk sendiri di meja ini
bersama segelas kopi yang masih panas
mencoba untuk tetap sadar diantara ketidaksadaran
mencoba untuk sembunyi dari kejaran kaki-kaki kenyataan
yang pada akhirnya tetap berhasil menemukanku
sedang bersenang-senang dalam keterlenaan
masih duduk sendiri di meja ini
bersama segelas kopi yang masih panas
mencoba untuk tetap sadar diantara ketidaksadaran
mencoba untuk sembunyi dari kejaran kaki-kaki kenyataan
yang pada akhirnya tetap berhasil menemukanku
sedang bersenang-senang dalam keterlenaan