terlalu banyak kata rindu yang terucap dari mulutku
rasanya sudah seperti melafalkan doa saja
namun bukankah rindu itu memang doa?
doa yang selalu kusematkan dalam mazmur
bersama roti dan gelas anggur berupa wangi tubuhmu
lantas tuhan-tuhan itu mendengar doa rinduku
memberikan hadirmu dalam lamat cahaya bulan
berkelindan dengan cahaya dua bola matamu
dan biarkanlah jari jemari kita saling berpuisi
dan biarkanlah pelukan kita saling berbicara
hingga waktu diam-diam memanggilku lantas berbisik:
“sudah jam sepuluh malam”
dan doa-doa rindu itu semakin nyaring saja bunyinya