Album Terbaik Di 2014

Saturday, January 03, 2015



semoga saya tidak terlalu telat untuk membikin sebuah postingan album terbaik di 2014. tapi saya ingin sekali membikin list ini, karena niatannya sudah muncul berhari-hari bahkan berminggu-minggu sebelum hari pergantian tahun. saya ingin merekap album-album terbaik yang saya dengarkan di 2014. mungkin tidak akan banyak. karena jujur saya memang sedang malas mengetik panjang-panjang. jadi, harap dimaklumi.




***




Alex G – DSU (Orchid Tapes)


baiklah, saya akan mulai dari Alex G- DSU. saya menyukai album ini karena terkadang, setiap mendengarkan Alex G, saya langsung teringat pada Elliot Smith. DSU merupakan sebuah album indie rock yang matang, meskipun Alex merekam album ini sendirian dengan etos-etos DIY. tapi disinilah kuncinya, sebuah album yang tidak diproduksi berlebihan sehingga terciptalah sebuah karya yang sempurna. tetapi Alex tetap sedikit bermain-main di ranah psychedelic. coba saja dengarkan track Icehead yang terdengar wobbly dengan vokal yang menggunakan efek serupa suara Chipmunk. tapi untuk favorit saya pribadi, saya sangat menyukai track Boy yang bagi saya merupakan track penutup yang sangat sempurna.




The Pains of Being Pure at Heart – Days Of Abandon (Yebo)


The Pains of Being Pure at Heart akhirnya kembali lagi setelah terakhir muncul dengan album penuh pertamanya, Belong. berbeda dengan Belong dimana Kip Berman banyak menciptakan lagu-lagu bertema patah hati, kali ini, Kip Berman tumbuh dewasa menjadi seorang pria yang telah sembuh dari patah hatinya dan mencoba menjadi ceria dan romantis kembali. meskipun sayang, sekarang formasi TPOBPAH menjadi tanpa Peggy Wang, Chris Hochheim dan Alex Naidus. meskipun jujur saja, Jen Goma (member dari Beirut) yang menggantikan posisi Peggy Wang menurut saya lebih baik dari Peggy Wang dalam segi vokal. sehingga mungkin Kip Berman merasa cocok dengan Goma dibanding Peggy Wang yang menurut saya kurang bagus dalam segi vokal. untuk track favorit, saya sangat menyukai track Masokissed, yang aura indie pop-nya sangat kental. juga track Life After Life dimana Jen Goma bernyanyi dan inilah yang membuat album ini menarik dibanding album TPOBPAH sebelumnya: ada vokalis wanita yang bernyanyi, satu hal yang saya sebenarnya inginkan dari Peggy Wang.




Parquet Courts – Sunbathing Animal (What’s Your Rupture? / Mom & Pop)


album ini sangat brilian! Parquet Courts berhasil menggabungkan unsur musik Wire, The Velvet Underground, Television hingga Pavement di album Sunbathing Animal ini. album ini bagi saya penuh akan warna musik yang berbeda. dari mulai pengaruh post-punk, punk rock, rock ‘n roll hingga indie rock, tentunya. seperti track Black and White yang sarat akan unsur post-punk,Dear Ramona dengan gaya bernyanyi ‘malas-malasan’ Andrew yang mengingatkan saya akan Pavement di album Crooked Rain, hinggat track Sunbathing Animal yang sudah jelas sangat punk sekali. track Sunbathing Animal mengingatkan saya pada Fucked Up! atau mungkin, Black Flag? ya. yang jelas, album ini sangat menarik dan brilian. Parquet Courts membuat saya tidak hanya mendengarkan satu jenis musik di album ini.




Tinariwen – Emmaar (Anti-)



perkenalan saya dengan musik Tinariwen memang belum begitu lama. saya baru mendengarkan musik mereka beberapa minggu setelah album Emmaar dirilis. padahal, Tinariwen telah berdiri dari 1979 dan telah menelurkan banyak album. sejak pertama mendengarkan Tinariwen, saya langsung jatuh cinta dengan musik mereka. perpaduan sound guitar afro-blues khas padang pasir, perkusi yang sedikit tribal dan vokal spoken words berbahasa Arab membuat musik mereka terasa familiar. track favorit saya, Chaghaybou, mungkin bisa menjadi pengantar kepada musik mereka. bagi saya, mendengarkan lagu-lagu Tinariwen membuat saya merasa sedang menaiki unta di gurun sahara sambil mendengarkan Jimmy Hendrix bernyanyi lagu-lagu timur tengah.





Frankie Cosmos – Zentrophy (Double Double Whammy)



saya menemukan Frankie Cosmos secara tidak sengaja sebenarnya, saat saya sedang cari-cari band baru di bandcamp, saya menemukan Frankie Cosmos, saat itu album Zentrophy belum rilis. saya menyukai bagaimana kespontanan Greta Kline dalam menciptakan lagu. pada awalnya saya menyangka Frankie Cosmos hanya band-band anti-folk/bedroom pop seperti kebanyakan lainnya, tetapi saat mereka merilis Zentrophy, saya salah, mereka bukan band biasa. hingga bahkan Pitchfork saja sampai membahas Frankie Cosmos. mereka berhasil menciptakan track-track pop simple namun manis. coba saja dengarkan track Art School, yang bercerita tentang sekolah seni yang membosankan. atau track Buses Splash With Rain, progresi chords yang simple namun catchy. dan bagi saya, kunci dari lagu-lagu mereka yang menarik adalah vokal dari Greta Kline yang seperti malas-malasan bernyanyi, dimana sedikit mengingatkan saya pada Cat Power.





Real Estate – Atlas (Domino Records)



Real Estate kembali harus bertanggung jawab karena telah membuat saya merepeat album ini puluhan kali saking bagusnya. belum bosan saya mendengarkan Days, mereka sudah menyuguhi saya Atlas. di album ini, meskipun masih tetap dengan formula laid back guitar pop seperti di album Days, album Atlas ini terdengar lebih santai. saya selalu suka permainan gitar dari Real Estate. perpaduan gitar clean-stummed dan bright-chords membuat lagu-lagu mereka terdengar sempurna. track pertama mereka adalah yang paling legit, Had to Hear. namun favorit saya adalah track Talking Backwards, karena track upbeat ini membuat saya mengambil gitar dan mengulik lagu ini selama berhari-hari. overall, Atlas, atau Real Estate, bukan band guitar-pop biasa yang membosankan, mereka selalu bisa memberikan kejutan di setiap tracknya, meskipun tetap dengan satu benang merah: santay.





Pure X – Angel (Fat Possum)



sedikit berbeda dengan rilisan-rilisan sebelumnya, kali ini Pure X sedikit bermain lebih rapi di ranah guitar-pop yang renyah dengan balutan sound psychedelic pop. mendengarkan Pure X di album ini seperti mendengarkan Real Estate dengan tempo dan mood yang lebih mellow. di album ini, alih-alih memainkan musik dengan gitar berdistorsi basah dan vokal ethereal seperti di album Crawling Up the Stairs atau Pleasure, mereka bermain lebih clean dan santai. coba saja dengarkan track Heaven atau Valley of Tears (dan juga semua lagu di album ini), permainan di lagu-lagu itu terasa sangat santai. mereka layaknya para hippies yang sedang dalam masa sober sehabis menggunakan LSD atau magic mushroom.




Mac DeMarco – Salad Days (Captured Tracks)



Mac Demarco akhirnya kembali lagi dengan Salad Days. masih dengan formula yang sama seperti Rock and Roll Night Club dan 2. namun album ini lebih menarik dengan banyaknya unsur synth yang terdengar trippy seperti pada track Chamber of Reflection. kesan slacker yang dimiliki Mac tetap menempel, hanya saja di album ini dia menjadi lebih dewasa. he’s like a chill bro gets all mature and stuff, jika boleh meminjam apa yang Pitchfork bilang. semua track di album ini tetap berhasil menjadi laid back tune yang sempurna, apalagi track Brother. tapi bagi saya, track terbaik adalah Let Her Go dan tentu saja Chamber of Reflection. secara keseluruhan, saya sangat menyukai album ini. because i’m in love with Mac Demarco’s music. saya kesulitan menuliskan review untuk album ini karena jika album ini mendapat review negatif pun, saya akan tetap menyukainya. because hey, it’s Mac fucking Demarco!




The Hit Parade – Cornish Pop Songs (JSH Records)



tahun 2014 memang tahun kembalinya para alumnus Sarah Records. setelah The Orchids yang juga membuat album kembali, Harvest Minister mengeluarkan single baru, Secret Shine juga merilis 7″ vinyl, The Wake yang merilis album baru, dan juga rilisnya film dokumenter tentang Sarah Records, jangan lupakan The Hit Parade yang juga merilis album baru berjudul Cornish Pop Songs. album ini dibikin Julian sebagi dedikasi untuk kecintaannya terhadap kota Cornwall, maka dari itu album ini berjudul Cornish Pop Songs. kecintaannya terhadap Cornwall juga bisa dilihat dari judul-judulnya (From Paddington to Penzance, On a Rainy Day in Newlyn, Born In St. Ives). jika kalian belum tahu The Hit Parade sebelumnya, maka kalian pasti akan berpikir bahwa ini adalah band yang berisi anak-anak muda Inggris karena memang suara si vokalis terdengar seperti remaja-remaja memainkan lagu indie pop. tapi siapa sangka, bahwa Julian Henry, vokalis The Hit Parade, sudah berumur 55 tahun saat ini.
saya sangat suka track There’s Something About Mary, juga saya suka progresi piano di track pembuka From Paddington to Penzance. Namun favorit saya adalah Born In St. Ives, karena musik di lagu ini sedikit bermain di area surf seperti Dick Dale atau The Beach Boys. 






HOMESHAKE – In The Shower (Sinderlyn/Captured Tracks)




sepertinya inilah album terbaik versi saya di 2014. karena In The Shower dari HOMESHAKE ini berhasil membuat saya me-repeat album ini berkali-kali, dan tidak pernah membuat saya bosan. bagi yang belum tahu, HOMESHAKE adalah band dari Peter Sagar, yang dikenal sebagai gitaris live Mac Demarco. Sagar per September kemarin ‘keluar’ dari live band Mac Demarco dan fokus di HOMESHAKE. untuk musiknya, HOMESHAKE memang memiliki akar yang tak begitu jauh dari Mac Demarco. namun entah kenapa, HOMESHAKE terdengar lebih sexy bagi saya. diawali dengan track She Can’t Leave Me Here Alone Tonight yang langsung membuat saya rileks. setiap track di album ini terdengar sangat menawan. dengan suara gitar yang jazzy, kental unsur soul dan… erm.. saya sedikit susah mengkategorikan musik HOMESHAKE ini, tetapi unsur retro vibe-nya sangat terasa. album ini terdengar sangat, apa ya, smooth, funky, melodic, mellow, jazzy dan… rileks. untuk track favorit saya, dengan sangat mudah jatuh pada track terakhir, Home at Last, yang bagi saya seperti refleksi dari keseluruhan track di album ini. Home at Last merupakan sebuah epilog yang sempurna untuk menutup album yang saking bagusnya, membuat saya susah untuk mendeskripsikan album ini. mungkin hanya satu kata ini yang bisa menyimpulkan album ini: SEXY.

You Might Also Like

0 comments

Subscribe