Sebuah Sajak Yang Tak Akan Pernah Kamu Baca

Friday, April 01, 2016




rindu ini sungguh mengganggu
dengan wewangian surgawi ia mengelilingiku
lalu ia menaburkan senyum
diatas kubur luka yang telah lama mengering

aku menyukai wangimu
yang lebih semerbak dari bunga manapun di jagat raya ini
ia memabukanku dan menyadarkanku
bahwa aku, memang benar menginginkanmu

(cih!
rindu
setiap bertemu dia saja tubuhmu langsung membeku
lantas dengan picisan berbicara rindu)

tapi benar
rindu ini sungguh menganggu
sejak pertama kali mata kita berpagutan
rindu ini perlahan membangunkanku
dari sepi yang berjamur di pohonan hatiku

aku menyukaimu
sejak saat kita tak sengaja bertemu di suatu sore yang sendu
membuatku lagi-lagi kewalahan mengurusi kejantananku
sebab aku, lebih pemalu dari sang putri

(cih!
rindu
kemana saja kau sejak desember lalu?
membiarkannya menunggu dalam ketidaktahuan)

tapi benar
rindu ini sungguh mengganggu
dengan centil ia menciumi bagian belakang leherku
lalu ia membisikkan sajak;
yang tak satu penyair pun akan mengerti

ia berbisik dengan bahasa yang asing
hembusan nafasnya membuatku malu
mungkin ini karena aku telah lama menantikanmu
sebagai jawaban, atas doa-doa yang tak pernah aku panjatkan






1 April
4:39 AM

You Might Also Like

0 comments

Subscribe