Terlalu Banyak Kata Cinta Di Tulisan Ini

Saturday, August 17, 2013

Berbicara tentang kebosanan mungkin akan terdengar sangat membosankan. Bosan adalah sebuah titik dimana semua hal yang kita lakukan menjadi sesuatu hal yang tidak berguna. Mungkin saja masih berguna, hanya nilai-nilai dalam hal tersebut berkurang maknanya karena terlalu sering dilakukan. Tapi sayang, jika aku diperbolahkan bermain analogi, kau akan kuanalogikan sebagai oksigen. Oksigen yang aku hirup setiap waktu, dan aku tidak pernah bosan menghirupnya karena itu adalah sebuah proses bertahan diri. Dan begitupun aku, aku tidak pernah bosan mencintaimu karena itu adalah sebuah proses bertahan bagiku. Bertahan dari segala getir yang perlahan menggerogotiku. Bertahan dari pukulan-pukulan kesedihan yang mencoba menghabisiku. Kamu seperti oksigen, membuatku tetap hidup dan bernyawa. Tanpamu, mungkin aku mati. Mati dalam perihal lain.
Mungkin ini terdengar lucu. “Cinta kok disamakan dengan proses bertahan hidup.” Dan ya, aku tertawa. Sepelik itukah cinta hingga aku samakan dengan proses bertahan hidup. Oksigen dapat kuhirup dengan gratis. Kecuali ketika seperti waktu itu kamu sakit dan berada di rumah sakit, kita harus membayar demi mendapatkan oksigen. Dan hal-hal lain, seperti cinta yang sedari tadi aku sebut-sebut, adalah hal rumit yang bahkan Newton pun tak dapat menguraikannya.

Namun apakah itu penting sayang?
Tidak ada yang lebih penting daripada kita yang selalu mendebatkan hal yang sama. Dimana aku, yang selalu memulainya. Aku yang selalu ingin bersamamu dan selalu melupakan hakmu untuk memiliki waktumu sendiri. Aku yang terlalu pencemburu. Aku yang menyebalkan. Dan aku aku yang lainnya. Namun sayangku, keberadaanmu adalah upaya untuk menggenapi aku yang lain. Bahwa manusia yang sendiri adalah tidak valid dan tidak lengkap. Bahwa manusia yang sendiri butuh separuh yang lain untuk bisa menggenapi yang ganjil.
Namun sayang apakah itu penting?
Kita hidup di dunia dimana untuk membahagiakan diri sendiri saja kita harus tunduk pada standar kebahagiaan orang lain. Aku mencintaimu. Mencintaimu dengan segala keburukanku ini. Dan aku menerima fakta bahwa untuk membahagiakanmu aku harus bekerja lebih keras. Kemudian memberikanmu hal hal sepele, namun penting. Seperti kenyamanan, prioritas, rasa aman dan lain-lain. Kau dan aku sadar bahwa kita tak melulu hidup dengan cinta. Cinta itu akan habis. Mungkin pada suatu hari kita akan saling acuh meskipun berada dalam satu bar yang sama.
Namun bukankah kita sadar akan ini sayang?
Kita sadar bahwa menjadi manusia yang dilanda kasmaran adalah menyadari bahwa manusia adalah mahluk yang fana pun dhaif. Aku mencintaimu karena kamu tau kelemahanku, dan entah apa alasanmu bisa mencintaiku. Mungkin seperti ini, bahwa kita menerima untuk tidak lagi tunduk pada ketakutan dan kegelisahan, tapi menggenggamnya seperti kawan yang tengik. Dan berharap, semoga ketengikan itu akan hilang dengan kejujuran yang kita anggap aib.
Mungkin aku tidak baik, aku tidak seperti yang kau harap, aku memiliki banyak keburukannya dibanding kebaikan, namun aku mencintaimu. Ah, sudah berapa banyak aku menulis kata cinta disini? Satu, dua, tiga, ah terlampau banyak. Mungkin begini, inti dari semua ini adalah; jangan lelah membuatku menulis dan mencintaimu adalah sebuah keniscayaan di senjakala zaman yang sudah terlampau brengsek ini.

Sekali lagi, aku mencintaimu.

You Might Also Like

0 comments

Subscribe