Perihal Perpisahan

Tuesday, November 26, 2013

well, i love you. but nothing stay,” tulisku dalam sebuah pesan pendek untukmu. sesaat setelah kita bertengkar hebat.
good,” jawabmu singkat. sesudah pesan ini, tak ada lagi hal lain yang tersisa dari kita. selain barang-barang yang harus aku bawa dari kosanmu.

berbicara tentang perpisahan dan bersepakat dengannya adalah sebuah proses penerimaan. penerimaan bahwa kata tak lagi bermakna, tindakan tak lagi berarti dan kebersamaan tak lagi penting. mungkin ini juga soal kita yang tidak akan pernah bisa sadar tentang keberadaan hal-hal lain dalam hidup kita. namun itu tidak penting, aku sadar bahwa oksigen labih penting dari kamu. aku bisa hidup tanpamu namun tak mungkin aku bisa hidup tanpa oksigen.
nothing stay. sakit hati, kecewa, marah, cemburu, dan hal-hal lain yang sempat kurasakan, akan hilang dengan bantuan waktu. dan bahkan cinta itu sendiri. sehebat apapun cinta yang pernah kita beri, pasti akan hilang juga. aku masih heran kepada nenek dan kakek kita yang telah hidup bersama selama puluhan tahun. apakah mereka masih tetap merasakan cinta hingga hari ini? apakah cinta itu merupakan sebuah alasan mereka untuk tetap hidup bersama selama puluhan tahun? apakah cinta bisa selama itu? cinta abadi yang saya tahu hanyalah cinta Muhammad kepada Allah, atau cinta Yesus terhadap Bapa Nya. itu pun bukan dalam konteks hubungan berpasangan.
namun memang cinta bisa membuat kita melakukan sesuatu hal yang magis dan terkadang tak masuk akal. seperti cinta bisa membuat Majnun menjadi gila ketika mengetahui Layla menikah dengan pria lain. Cinta bisa membuat Shinta membakar dirinya untuk membuktikan cintanya kepada Rama. Cinta bisa membuat Mumtaz Mahal membuatkan makam berupa Taj Mahal untuk mengenang istrinya.
cinta selalu picisan dan norak. mereka selalu congkak dan naif. hanya bisa memberikan kesakitan dan luka dari nanah. tapi apa yang tidak melukai? bahkan Yesus pun menyeru pada Bapa Nya tentang nasib yang terlalu sedih. dan cinta seharusnya tidak menyakiti. yang menyakiti itu maagh, asam lambung, diabetes, rokok, kopi, indomie dan makanan-makanan berminyak. makanan yang membuat kita lena lantas tersiksa. dan mengapa jika cinta memang hanya bisa memberi kesakitan dan luka, kita tetap jatuh cinta? karena cinta itu datang dengan sendirinya. kita tidak bisa melawannya. kita tidak bisa mengusirnya untuk pergi. tidak, kita akan terlena dengan keagungan cinta itu. lantas pada akhirnya kita akan merasakan sakit dan luka itu.
namun semua ini adalah tentang pilihan dan konsekuensi. konsekuensi ini adalah sebuah ketakutan yang sama-sama kita takuti. kita semua tahu dengan mencintai akan datang sebuah konsekuensi. resiko yang tidak mungkin bisa kita hindari. namun itulah arti kebersamaan; untuk bersama-sama menaklukan segala ketakutan.
semua akan berbeda jika salah satu menyerah. menyerah dari semua ketakutan itu. terlampau takut untuk melanjutkan kebersamaan itu dengan segala hantu-hantu yang mendoktrin untuk lekas menyerah dan berjalan di jalan yang lain. lalu salah satu yang tidak menyerah akan berusaha meyakinkan bahwa menyerah bukan satu hal yang bagus. karena kebersamaan itu menguatkan. namun apadaya, hantu-hantu itu lebih kuat dari cinta. dan cinta kalah. dua-duanya akhirnya menyerah; yang satu menyerah dari ketakutan diri sendiri, yang satu mengalah karena gagal meyakinkan bahwa cinta dan kebersamaan itu kuat. lebih kuat dari ketakutan.
dan pada akhirnya semua akan berujung disini, di tulisan ini. menulis dengan sadar bahwa cinta akan hilang. cinta tidak terlampau kuat. dibutuhkan lebih dari cinta untuk menguatkan kebersamaan.

you know what? go fuck yourself,” tulismu dalam pesan pendek untukku, mengakhiri tulisan panjang yang kebanyakan berisi amarah itu.
but you know what, honey? before i fuck myself, this circumstance has fucked me up. so, there’s no use for me to fuck myself. but anyway, thanks for the advice,” balasku. namun muncul satu notif, “message not delivered.”
ah sial! pulsaku habis.

**

You Might Also Like

0 comments

Subscribe