02:59 AM

Tuesday, March 22, 2016

The Sweetest Ache
Jam di pojok kanan bawah laptop udah nunjukin angka 02.59 AM. Setelah pulang sehabis berkunjung ke kosan salah satu kawan dan berbincang panjang dari mulai kegemaran kita terhadap Sarah Records hingga tentang acara-acara yang bisa mengundang adik-adik urban datang menonton, saya meneruskan melahap film-film yang masih ada belasan tersisa yang belum tertonton. Saya sedang mendalami lagi film-film Stanley Kubrick untuk sebuah artikel yang akan saya garap. Film 2001: A Space Odyssey akhirnya beres saya tonton. Karena masih belum ngantuk, saya memainkan lagu The Sweetest Ache favorit saya yang berjudul Tell Me How It Feels di iTunes sambil mencari-cari artikel tentang karya-karya Stanley Kubrick.


10 menit…


20 menit…
30 menit…
Tell Me How It Feels dari The Sweetest Ache masih terus berkumandang layaknya adzan yang setiap detiknya selalu berkumandang di setiap belahan bumi. Saya sengaja me-repeat track ini karena ingin. Saya mendengarkan setiap liriknya lalu merasakan kegetiran yang dilantunkan Simon Court secara lembut dan terasa menyayat. Entahlah, malam ini terasa sedikit melankolis (seperti malam-malam lainnya).
Entah apa yang saya inginkan. Terkadang saya ingin tulus menyayanginya. Terkadang saya ingin menjauh darinya. Terkadang saya ingin berhenti menulis tentangnya. Tentang perasaan ini. Tapi semesta dan Tuhan seperti melakukan konspirasi agar saya tetap memikirkannya lantas menulis tentangnya. Saya ingin berhenti menulis tentangnya karena cepat atau lambat, dia pasti akan membaca tulisan-tulisan picisan ini dan menyadari ada keganjilan dalam diri saya terhadapnya. Keganjilan yang manis namun norak. Mungkin dia akan berpikir bahwa dengan menulis hal hal picisan untuknya di blog seperti ini terlihat seperti anak SMP yang menulis di buku diary-nya. Tapi apa lacur, karena apa yang tak bisa (atau belum bisa) saya suarakan, maka akan saya narasikan. Karena menulis adalah salah satu cara saya untuk tidak memendam sendiri apa yang saya rasakan. Dengan menulis seperti ini, saya merasa lega. Terlepas dari kesan norak tadi.

Beberapa orang (dan bahkan dia) pasti akan menganggap tulisan ini adalah curhatan. Iya, memang. Ini adalah curhatan personal saya. Dan entah kenapa, niatan awal saya menulis postingan ini adalah untuk membahas lagu Tell Me How It Feels-nya The Sweetest Ache. Eh, malah curhat. Tapi ya sudahlah. Setidaknya, tulisan ini memang terinspirasi dari lirik lagu Tell Me How It Feels. Mungkin.

Sometimes I find, pride holds me back
It’s not the way I want to beI just couldn’t help myselfI never meant to drag you downBut I can always be aroundIf you could only understandIf I could only make you seeSo one could try a little harderI still feel you by my sideClose your eyes til you see meI can’t control the things I doCan’t you accept the way I am?I know one day we’ll pull throughIt’s not the way I want to bePlease don’t give in ’cause that’s just meWe can make it workIf I can make you seeFeel the rue inside meHold me now, just tell me how it feelsJust tell me how it feelsJust tell me how it feelsJust tell me how it feelsJust tell me how it feelsWe can make it workIf I can make you seeFeel the rue inside meHold me now, just tell me how it feelsJust tell me how it feelsJust tell me how it feelsJust tell me how it feelsJust tell me how it feels



You Might Also Like

0 comments

Subscribe